Beberapafoto adegan dan suasana di lokasi syuting Bawang Putih Berkulit Merah. Sinetron Bawang Putih Berkulit Merah ini dibintangi oleh Faradilla Yoshi, Rebecca Tamara, Hessel Steven, Marini Soerjosoemarno dan Fadlan Muhammad. Sinetron yang tayang di stasiun televisi ANTV ini berhasil mendapatkan rating dan share sebesar pada hari VideoTikTok @rudychoirudin tentang bawang putih ini sudah mendapatkan lebih dari 26 ribu likes, Bunda.Tak hanya itu, ada sekitar 600 reaksi netizen yang membanjiri kolom komentar.. Kebiasaan orang Indonesia yang selalu menumis bawang merah terlebih dahulu seakan terheran dengan informasi yang dibagikan oleh Rudy, Bunda. rkomentar_terkutuk. 14. Share. Report Save. level 1. level 2. note: the statement below is probably a sarcasm. 1 year ago. Hmm.. Bawang putih digambar dengan style anime. anime dari jepang. BAWANG PUTIH BAWANG MERAH ADALAH CERITA RAKYAT GABUNGAN JEPANG DAN INDONESIA? JADI SEBENERNYA TIDAK ADA PENJAJAHAN? JEPANG DAN INDONESIA Mendengarcerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. 23.53 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan Bedadengan tekstur koin yang keras dan kasar yang makin nambah rasa sakit. Kalau kerokan koin cepet banget bikin kulit merah, tapi tidak dengan bawang. Apalagi buat yang punya kulit sensitif, kerokan pakai bawang merah bisa jadi alternatif. Tapi perlu dipastikan lagi ya, efek rasa sakit saat kerokan yang menyiksa juga nggak melulu karena alatnya. 25Agu, 2021 Posting Komentar Amanat Dari Cerita Bawang Merah Dan Bawang Putih - Gim93h42u0ibim : Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan.. Hal ini agar tidak ada orang lain yang tahu isi dari labi besar yang dibawa bawang merah. Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan kemudian saudari tirinya lahir. Mendengarcerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Tidak ada komentar: Posting Komentar. Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda. Langganan: Posting QNXtW3H. Jakarta - Mendongeng merupakan cara asyik untuk mengisi waktu di rumah bersama buah hati. Selain menghibur, mendongeng juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Salah satu dongeng yang bisa Bunda pilih adalah cerita Bawang Merah Bawang seperti Bawang Mewah Bawang Putih dan judul cerita dongeng lainnya merupakan media yang efektif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Keefektifan tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam penyampaian pesan tentang sesuatu. Sebab, dongeng merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang baik untuk anak, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya 2003 bahwa salah satu unsur intrinsik yang ada dalam dongeng adalah memiliki amanat atau pesan moral. Oleh sebab itu, dongeng bisa dijadikan sebagai media untuk membentuk karakter anak karena memiliki nilai budi pekerti yang bisa dipelajari oleh anak. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Berikut cerita dongeng Bawang Merah Bawang Putih yang bisa Bunda ceritakan pada Si KecilBawang merah bawang putih merupakan cerita rakyat yang berasal dari provinsi Riau. berkisah tentang dua orang gadis kakak beradik yang memiliki sifat yang bertolak belakang, serta ibu tiri dari Bawang Putih yang pilih hiduplah seorang gadis bernama Bawang Putih yang tinggal bersama ibu dan kakak tirinya yang bernama Bawang Merah. Ibu dan kakak tiri Bawang Putih memiliki sifat yang jahat. Mereka kerap berbuat buruk pada Bawang Putih, seperti menyuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah layaknya seorang kehidupan Bawang Putih amatlah bahagia. Ayahnya seorang pedagang yang sering bepergian dan ibu kandungnya yang sangat sayang kepadanya. Namun, semua itu berubah ketika keduanya merah bawang putih/ Foto Dok. detikHOTPraktis, ibu dan kakak tirinya, Bawang Merah bersikap semakin jahat kepada Bawang Putih. Setiap hari dia harus melayani semua kebutuhan Bawang Merah dan ibu tirinya. Hingga pada suatu ketika Bawang Putih sedang mencuci di pinggir sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan Bawang Merah sampai di rumah, Bawang Merah memarahi Bawang Putih karena selendangnya tidak ditemukan."Dasar ceroboh!" bentak Bawang Merah. "Pokoknya kamu harus mencari selendang itu, dan jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum menemukannya!"Akhirnya, Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari selendang tersebut. Hingga larut malam, selendang itu belum kunjung tengah menyusuri sungai, Bawang Putih melihat sebuah gubuk. Bawang putih segera menghampiri gubuk tersebut dan mengetuknya. "Permisi!" kata Bawang berapa lama, seorang perempuan tua membuka pintu. "Siapa kamu, nak?" tanya nenek tersebut ternyata dihuni seorang nenek yang hidup sebatang kara. Bawang Putih pun akhirnya meminta izin untuk menginap semalam."Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?" tanya Bawang itu cukup baik hati, dia mempersilakan Bawang Putih untuk menginap di gubuknya."Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?" tanya selendang yang dicari Bawang Putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang itu dengan syarat Bawang Putih harus menemaninya selama seminggu."Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu di sini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?" pinta Putih dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Waktu seminggu pun berlalu, dan sudah waktunya Bawang Putih untuk beranjak pulang. Karena selama tinggal di sana, Bawang Putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan memberi hadiah kepada Bawang Putih."Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Aku turut senang karena kau sangat rajin. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa selendangmu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!" kata disuruh memilih dua buah labu untuk dibawa pulang. Awalnya Bawang Putih ingin menolak, namun karena ingin menghormati pemberian si nenek, Bawang Putih akhirnya memilih labu yang lebih kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan Putih pun segera pulang dan menyerahkan selendang tersebut kepada Bawang Merah. Setelah itu, dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Ibu tiri Bawang Putih yang tidak sengaja melihatnya, langsung merampas semua emas permata tersebut. Dia juga memaksa Bawang Putih untuk menceritakan dari mana mendapatkan labu ajaib Putih menceritakan dengan sejujurnya. Mendengar cerita tersebut, muncul niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Besoknya, dia menyuruh Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Bawang Putih, dia berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih cerita, Bawang Merah tiba di gubuk nenek, dan dia pun tinggal di sana selama seminggu. Tidak seperti Bawang Putih yang rajin, selama seminggu itu, Bawang Merah hanya bermalas-malasan dan tidak membantu pekerjaan si berlalu, nenek itu membolehkan Bawang Merah untuk pulang. Dengan perasaan heran, Bawang Merah pun kemudian bertanya kepada si nenek."Bukankah seharusnya nenek memberikan labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?" tanya bawang itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari pulang tanpa mengucapkan terima di rumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang besar. Dia berpikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh Bawang Putih, mereka menyuruh Bawang Putih untuk mencuci pakaian di sungai. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar dan menguncinya dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Di luar dugaan, bukan emas permata yang ada di dalamnya, melainkan berisi ular, kalajengking, dan hewan berbisa lainnya. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dan menggigit Bawang Merah dan ibunya yang dongeng Bawang Merah Bawang Putih dalam Bahasa InggrisIn village, live a widow with her two beautiful daughters, Bawang Merah Red Onion and Bawang Putih White Garlic. Bawang Putih's real father which was also the widows's husband died long ago. Bawang Merah and Bawang Putih had opposite characters and personalities. Bawang Putih was diligent, kind, honest and humble girl. Meanwhile, Bawang merah was lazy, glamorous, proud and envious girl. Bawang Merah's bad personality was worsened because her mother spoiled her. The widow always gave her everything she wanted. It was Bawang Putih who did all the works in the house. Doing the laundry, cooking, cleaning, essentially all works were carried out by herself. Meanwhile, Bawang Merah and the widow just spent times making themselves up, because when they needed something they could just ask Bawang Putih never complained the bad fate she had to face. She always served her step-mother and sister happily. One day, Bawang Putih was doing her step-mother and sister's laundry. Bawang Putih didn't realize it when a piece of cloth belonged to her mother was washed away by the river. How sad was she, thinking that if the cloth couldn't be found she would be blamed, and it wasn't impossible that she would bu punished and expelled from afraid that her mother cloth could not be found, Bawang Putih kept looking and walked along the river with its strong current. Every time she saw someone by the river, she always asked him or her about her mother's cloth which was washed away by the river, but everyone didn't know where the cloth was. Eventually Bawang Putih came to a place where the river flowed into a cave. Surprisingly, there was a very old woman in the cave. Bawang Putih asked the old woman if she knew of the cloth whereabouts. The woman knew where the cloth was, but she made a condition before she handed it to Bawang Putih. The condition was that she had to work assisting the old woman. Bawang Putih was used to working hard so that her work pleased the old was late afternoon and Bawang Putih was saying goodbye to the old woman. The woman handed the cloth to her. because of her kindness, the old woman offered her a gift of pumpkins. There were two of them, one was larger than the other. Bawang Putih was asked to choose the gift she wanted. She wasn't greedy, there she chose the smaller home, the Step-Mother and Bawang Merah were furious because Bawang Putih was late. She told them what happened from the time her mother's cloth was washed away until her encounter with the old woman in the cave. Her step-mother was still furious because she was already late and only brought one small pumkin, so the mother smashed the pumpkin to the ground. "Whack..." and the pumpkin was broken, but it was miraculous that in the pumpkin there were beautiful golden, jewel, and diamond ornaments. The Widow and Bawang Merah were very schocked. They could get very rich with that much jewelry. But greedy they were, they yelled at Bawang Putih asking why she didn't take the large pumkin instead. In the Widow and Bawang Merah's minds, if the larger pumpkin was taken, they should get much more their greed, Bawang Merah folowed the steps told by Bawang Putih. She wilingly drifted her mother's cloth, walked along the river, asked people and eventually came to the cave where the old woman lived. Unlike Bawang Putih, however, bawang Merah refused the old woman's order to work and She even arrogantly ordered the old woman to give her the larger pumpkin. And so the old woman gave it to Bawang Merah happily brought the pumpkin that the old woman gave, while imagining how much jewelry she would get. Returning home, the Widow welcomed her beloved daughter. Not waiting for long, the pumpkin was smashed to the ground, "whack ..." but instead of the jewelry, appeared various terrifying snakes. The Widow and Bawang Merah finally realized what they did all this time was wrong and asked Bawang Putih to forgive moral cerita Bawang Merah Bawang PutihPesan moral yang bisa diambil dari dongeng ini bahwa orang yang berbuat jahat dan serakah akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Namun, setiap perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik ini juga mengajari anak-anak untuk tidak bermalas-malasan dan berusaha menghadapi segala sesuatu dengan senang hati. Selain itu, mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang diberikan oleh orang selamat membacakan dongeng Bawang Merah Bawang Putih untuk buah hati tercinta ya, juga Bunda, manfaat mendongeng untuk anak pada video berikut[GambasVideo Haibunda] haf/haf JAKARTA, - Badan Pangan Nasional Bapanas memastikan terus kerja sama dan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan Kemendag guna percepatan proses dan realisasi pengadaan importasi bawang putih. Pengadaan tersebut diperlukan untuk mendorong penambahan pasokan sehingga dapat menjaga stabilitas harga bawang putih di tingkat konsumen. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya intens terus melakukan komunikasi bersama Kemendag guna membahas progres penerbitan Surat Perizinan Impor SPI bawang putih. “Kita terus bersama-sama Kemendag melakukan koordinasi untuk percepatan pengadaan, seluruh dokumen telah disiapkan dan prosesnya tengah berjalan,” ujar Arif dalam siaran resminya, Kamis 1/6/2023. Baca juga Stok Bawang Putih Aman, Bapanas Minta Masyarakat Tak Khawatir Adapun regulasi terkait pengadaan dari luar impor berkaitan dengan beberapa kementerian/lembaga. Penerbitan kuota Rencana Impor Produk Hortikultura RIPH merupakan kewenangan Kementerian Pertanian. Sementara Surat Perizinan Impor SPI merupakan ranah Kementerian Perdagangan. Sedangkan Bapanas bertugas melakukan perhitungan ketersediaan dan kebutuhan pangan sebagai dasar perumusan kebijakan dan penetapan kebutuhan impor. Adapun, bawang putih merupakan salah satu komoditas pangan yang masih memerlukan tambahan pasokan dari luar negeri untuk memenuhi konsumsi domestik. Untuk itu, kondisi harga komoditas tersebut di dalam negeri tidak terlepas dari pengaruh harga internasional atau di negara juga Enggan Tambah Impor Bawang Putih, Mendag Jangan Hobi Dong Bapanas minta masyarakat tak khawatir Untuk diketahui, harga bawang putih di China berada di atas dollar AS per ton. Hal tersebut yang turut menyebabkan harga di dalam negeri terkerek ketersediaan bawang putih, Arief meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Pasalnya, dengan perencanaan yang telah dilakukan, pemerintah melalui Bapanas dan Kementerian/Lembaga terkait memastikan ketersediaan bawang putih terjaga sepanjang tahun. “Kita juga terus lakukan pemantauan dan penghitungan melalui Neraca Pangan Nasional. Ini sesuai arahan Bapak Presiden agar pasokan dan keseimbangan harga pangan dijaga sepanjang tahun,” ujarnya. Baca juga Masih Ketergantungan, 95 Persen Bawang Putih di RI Hasil Impor Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Bawang Merah Bawang Putih” adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari Indonesia yang bercerita tentang seorang gadis yang dianiaya oleh ibu tirinya sendiri yang pada akhirnya menikah dengan seorang pangeran tampan dan hidup bahagia. Begitu pun dengan cerita “Aschenputtel”. “Aschenputtel” merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jerman yang bercerita tentang seorang gadis yang juga teraniaya oleh ibu tirinya dan pada akhirnya hidup bahagia dengan seorang pangeran. Cerita yang berjudul “Bawang Merah Bawang Putih” dan “Aschenputtel” merupakan cerita yang hampir memiliki kesamaan dari segi tokoh-tokoh dalam cerita, isi cerita serta akhir dari cerita tersebut. Pada cerita “Bawang Merah Bawang Putih” menceritakan tentang di suatu desa terdapat seorang gadis yang sangat cantik yang bernama Bawang Putih. Bawang Putih tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya sedangkan ibu kandung dan ayahnya sudah lama meninggal pada saat itu. Ibu tiri dan anaknya yang bernama Bawang Merah sangatlah kejam dan selalu bertindak semena-mena kepada Bawang Putih. Bawang Merah dan ibunya sangat serakah dan mereka ingin merampas harta yang dimiliki Bawang Putih. Hampir semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Bawang Putih yang selalu disuruh oleh ibu tirinya dan Bawang Merah. Dari mulai memasak, mencuci piring, membersihkan rumah, hingga mencuci baju. Suatu hari ibu tirinya menyuruh Bawang Putih mencuci baju disungai, tiba-tiba baju Bawang Merah yang dicuci Bawang Putih hanyut terbawa arus sungai. Betapa paniknya Bawang Putih, ia pun bergegas mencari baju itu sampai ketemu, namun baju tersebut tidak ketemu. Bawang Putih pun duduk di pinggir sungai dengan perasaan kecewa dan gelisah. Tiba-tiba muncullah seekor ikan mas di hadapan Bawang Putih. Bawang Putih pun terkejut karena sepertinya ikan mas itu bukan ikan biasa melainkan ikan ajaib karena bisa berbicara dengan manusia. Ia pun menghampiri dan bertanya kepada Bawang Putih atas sebab kegelisahannya. Bawang Putih pun menjawab dengan terbata-bata bahwa ia sedang mencari baju saudaranya yang hanyut di sekitar sungai tersebut. Ikan mas segera pergi dan kembali dengan membawa sehelai baju berwarna merah yang dicari-cari Bawang Putih. Betapa terkejutnya Bawang Putih karena baju tersebut ialah baju yang ia maksud dan ditemukan oleh si ikan mas. Bawang Putih sangat berterima kasih kepada ikan mas atas bantuannya dan ikan mas pun juga senang karena telah membantu dan menawarkan bantuan kepada Bawang Putih setiap saat ia butuh. Bawang Putih pun menerima tawaran tersebut dan segera pulang karena takut dimarahi oleh ibu tirinya jika terlalu lama. Ketika ia sampai di rumah, tiba-tiba ibu dan Bawang Merah memarahi Bawang Putih karena ia pulang terlalu sore. Beribu cacian dan cercaan dilontarkannya pada Bawang Putih. Bawang Putih pun hanya bisa diam dan harinya, ibu tiri menyuruh Bawang Putih untuk berbelanja di pasar, namun uang yang diberi ibu tirinya hanya sedikit, sedangkan yang harus dibeli begitu banyak. Bawang Putih pun bingung bagaimana mencukupi kebutuhan yang harus dibeli dengan hanya menggunakan uang yang begitu sedikit ia terima. Bawang Putih berusaha berpikir bagaimana caranya, lalu ia ingat terhadap ikan mas dan tanpa berpikir panjang ia langsung pergi ke sungai dan menemui ikan mas. Ternyata secara diam-diam tanpa sepengetahuan Bawang Putih, Bawang Merah mengikuti dia dan tidak sengaja melihatnya sedang berbicara kepada ikan mas ajaib. Bawang Merah pun dengan cepat kembali ke rumah untuk menemui ibunya dan menyuruh ibunya membawa jalan. Bawang Putih bercerita tentang kesedihannya yang harus membeli kebutuhan yang telah disuruhnya di pasar sedangkan uang yang diberikan sedikit dan tidak mencukupi untuk membeli semua kebutuhan tersebut. Mendengar hal tersebut, ikan mas memberi sebuah kepingan emas kepada Bawang Putih dan menyuruhnya menjual kepingan tersebut ke pasar agar bisa membeli semua belanjaan yang ia tanggung. Bawang Putih sangat senang dan berterima kasih kepada ikan mas atas bantuannya. Kemudian Bawang Putih segera ke pasar dan meninggalkan ikan mas. Tiba-tiba Bawang Merah dan ibunya keluar dari persembunyiannya lalu menangkap ikan mas ajaib dengan kasar. Ikan mas menjerit merasa kesakitan, berusaha berteriak namun taka da yang menolongnya. Bawang Merah tertawa terbahak-bahak dan membawa ikan itu di rumah, Bawang Merah dan ibunya menggoreng ikan tersebut untuk diberikannya kepada Bawang Putih. Bawang Merah berteriak memanggil Bawang Putih dan memberikannya ikan mas yang sudah diggoreng itu dan menyuruhnya memakan ikan yang ia kira lauk pauk. Bawang Putih pun makan dengan perasaan heran walaupun rasanya lezat. Kemudian Bawang Merah menceritakan bahwa ikan yang dimakan Bawang Putih itu adalah sahabatnya sendiri, ikan mas. Betapa sedihnya Bawang Putih mendengar hal itu dan merasa bersalah. Segera dikuburnya kerangka ikan mas ajaib sahabatnya itu di halaman rumah, lalu kerangka ikan tersebut tumbuh menjadi pohon yang berdaun emas dan bertangkai harinya, ada seorang pangeran yang sedang mengitari desa dan melihat pohon tersebut. Ia pun langsung menanyakan kepada Bawang Merah siapa yang menanam pohon tersebut. Dengan bangganya, Bawang Merah mengakui bahwa dirinyalah yang menanam pohon tersebut. Sang pangeran lalu mengadakan sayembara, barangsiapa yang bisa mencabut pohon tersebut akan dijadikan permaisuri jika seorang perempuan, namun jika laki-laki akan dijadikan saudara. Banyak warga yang menghampiri rumah tersebut dan mencoba mencabut pohon tersebut, akan tetapi tidak ada yang bisa melakukan hal tersebut bahkan sampai pria besar sekalipun tidak sanggup. Bawang Merah pun mencoba mencabut pohon tersebut di depan sang pangeran akan tetapi tidak bisa. Pada saat itu Bawang Putih pun keluar dan berkata bahwa ia bisa mencabut pohon tersebut. Sang pangeran terkesima melihat Bawang Putih atas kecantikannya. Dengan yakin Bawang Putih melakukannya dan hasilnya pohon yang berdaun emas dan bertangkai perak itu pun tercabut. Melihat hal tersebut, warga pun pada kaget dan sang pangeran lalu menetapkan bahwa Bawang Putih lah yang akan menjadi permaisurinya. Bawang Putih pun dibawa ke istana oleh sang pangeran dan meninggalkan rumahnya, Bawang Merah, dan ibu tirinya yang telah berlaku kejam terhadapnya. Bawang Putih pun hidup bahagia di istana dengan sang pangeran, sedangkan Bawang Merah hanya bisa iri hati dan hidup melarat dengan ibunya. Begitu juga dengan cerita “Aschenputtel”. Suatu ketika seorang istri saudagar yang kaya raya mendapati dirinya akan menemui ajal. Si gadis kecil bernama Aschenputtel hanya bisa menangisi kepergian ibu yang dicintainya dengan berbagai nasihat yang diberikan oleh ibunya, sampai pada akhirnya ibunya yang baik meninggal. Tahun demi tahun telah berlalu, sang saudagar kayapun sudah menikah kembali. Ia menikahi seorang janda yang telah memiliki dua anak gadis. Namun begitu, mereka sangatlah kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap Aschenputtel. Mereka sering memaksa si gadis yang telah tumbuh dewasa dan cantik itu untuk membersihkan lantai dan perapian sehingga wajahnya yang cantik sering terlihat kotor, kusut, kumal, dan legam karena sisa bara dari perapian. Setiap kali Aschenputtel selesai membersihkan perapian, maka setiap kali itu pula kedua saudari tirinya melempar hingga berserakan kacang polong di atas lantai sehingga ia harus kembali membersihkannya, begitulah hal itu berulang kembali setiap harinya. Suatu hari si saudagar kaya kembali ke rumahnya setelah sekian lama berdagang di kota. Ketiga anak beranak, si ibu tiri dan kedua anaknya yang pandai mengambil hati si saudagar sibuk menghampirinya sambil taklupa memuji, menyanjung, dan berbasa-basi dengannya. Memang sudah demikian perangai ketiga anak beranak itu setiap kali si saudagar kembali dari kota. Namun tidak demikian dengan Aschenputtel, dia tetap saja sibuk dengan urusan rumah dan dapur, baju yang lusuh dan compang-camping berbanding terbalik dengan baju yang dikenakan ibu dan kedua saudara tirinya, serba indah dan mahal. Mereka juga selalu mengenakan perhiasan yang gemerlap, dibandingkan dengan Aschenputtel yang tidak memakai perhiasan apapun kecuali penjepit rambut. Si saudagar bertanya kepada dua anak tirinya, “Apa yang kalian minta dari ayah bila ayah nanti kembali lagi dari kota?”. “Aku minta dibelikan kalung emas yang bertahtakan mutiara ayah”, jawab si sulung. “Kalau aku minta dibelikan gau pesati dari sutra yang paling mahal ayah”, jawab si adik sekenanya. Kemudia si saudagar menghampiri putrinya Aschenputtel dan bertanya, “Dan kau putriku Aschenputtel, apa yang kau pinta?”. “Aku? Yang aku pinta hanya sebatang ranting pohon pir ayah..”, jawabnya. Ayahnya bingung mendengar pinta putrinya, lalu ia bertanya kembali untuk meyankinkan dirinya bahwa ia tak salah dengar, ”Sebatang ranting pohon pir?”. “Ya, sebatang ranting pohon pir yang jatuh tepat di atas topi ayah”, jawab Aschenputtel cepat. Ayahnya pun langsung mengabulkan menanam ranting pohon pir itu dalam tanah yang basah oleh air matanya, di atas pusara ibunya tercinta. Ranting pohon pir itu tumbuh dengan cepatnya dan dalam waktu yang tak begitu lama, ranting itu tumbuh menjadi pohon pir yang besar, rindang, dan meneduhkan. Aschenputtel selalu dating dan duduk di bawah pohon pir itu. Ia selalu menangis di bawah pohon pir itu seraya berkata, “Oh ibu, hidupku selalu saja merana sejak kau meninggalkanku”. Anehnya, setiap kali ia dating ke tempat itu, seekor merpati putih juga muncul dan terbang mengelilingi dan menghampirinya. Sampai suatu hari, datanglah undangan pesta dansa dari kerajaan untuk kedua putri tiri si saudagar kaya. Raja mengundang mereka karena anaknya, sang pangeran akan memilih pengantinnya di dalam pesta tersebut. Si sulung yang mendengar undangan tersebut kegirangan, lalu teriak memanggil Aschenputtel untuk menata rambut semua saudara tirinya sambil menyiapkan gaun mereka. Aschenputtel pun menghampiri dengan segera kedua saudara tirinya dan mengerjakan apa yang mereka perintahkan. Ia pun telah mendengar kabar undangan pesta dansa itu karena sedari tadi kedua saudari tirinya begitu ributnya membicarakan hal itu. Setelah selesai dengan urusan dua saudari tirinya, ia menghampiri ibu tirinya dan meminta diizinkan juga untuk datang ke pesta tersebut merengek-rengek. “Dasar anak taktahu diuntung, sudah bagus aku masih megizinkan kau tinggal disini bukan di kandang babi sana! Tidak bisa! Tidak akan pernah ada pesta untuk kau anak jelek!”. Aschenputtel tak mau mengalah lagi kali ini, ia pun merengek terus pada ibu tirinya. Tidak tahan dengan rengekan yang begitu menganggu kupingnya, maka si ibu tiri dengan terpaksa mengabulkan permintaan Aschenputtel dengan satu syarat, yaitu bila dia bisa mengumpulkan kacang polong dari perapian dalam waktu dua jam maka dia dibolehkan pergi ke pesta tersebut. Ibu tiri sambil tertawa ia melemparkan seluruh kacang tersebut yang telah dikumpulkan oleh Aschenputtel sebelumnya ke dalam abu perapian. Ia mengambil dan mengumpulkan ke dalam tampah semua abu yang tercampur dengan kacang polong dan berlari bertumpu pada kedua lututnya sambil memeluk pohon pir besar di hadapannya. Hatinya pilu dan isak keputus-asaan menyebar di langit sekelilingnya. “Oh burung merpatiku dan semua burung dalam naungan pohon pir ini, tolonglah aku mengumpulkan kacang polong dari dalam abu perapian ini.. Tolonglah aku..” Ajaibnya, semua burung tanpa membuang waktu mulai mengumpulkan dan memisahkan kacang polong dari dalam abu. Aschenputtel takjub dan gembira, dalam sekejap semua kacang tersebut telah terkumpul dalam tampah segera berlari menghampiri ibu tirinya dan memberikan tampah yang telah berisi semua kacang polong itu. Ibu tirinya terheran-heran mengapa Aschenputtel dapat begitu cepat mengumpulkan semua kacang tersebut, padahal ia telah memperhitungkan bahwa hal itu memerlukan waktu lebih dari 2 jam, bahkan mungkin seharian. Sebentar kemudian ibu tirinya tersenyum menyeringai bahwa Aschenputtel tidak masalah untuk pergi ke pesta karena ia tidak mempunyai gaun untuk pesta dansa nanti malam. Aschenputtel baru tersadar, ternyata baju yang ia kenakan selama ini adalah baju satu-satunya yang ia miliki. Betapa remuk hatinya, ia pun berlari lagi menuju pusara ibunya, perasaannya kali ini lebih hancur lagi karena kepada siapa lagi ia dapat meminta beberapa lama kemudian, beberapa ekor merpati datang dengan membawa sebuah gaun yang begitu indah berwarna perak keemasan dan beberapa ekor lagi membawakan sepasang sepatu perak dan emas. Bukan main gembiranya hati Aschenputtel, seperti ikan yang masuk lagi ke dalam air setelah jatuh ke atas tanah. Aschenputtel pun datang menuju ke istana diterbangkan oleh merpati-merpati sahabatnya. Ia datang dalam pesta itu dan segera menjadi pusat perhatian sang pangeran karena wajahnya yang cantik, rambut hitamnya yang tertata rapi nan indah, dan menawan. Gaunnya paling indah daripada para undangan yang datang ke pesta malam itu, bahkan ibu dan kedua saudari tirinya tidak dapat mengenali dirinya karena ia memang begitu cantik bak putri seorang raja. Sang pangeran pun langsung terpikat hatinya dan mengajaknya berdansa. Malam itu, sang pangeran berdansa sepanjang malam dengan Aschenputtel diiringi musik yang indah. Sampai akhirnya waktu berpisah sang pangeran menanyakan rumah tempat tinggal Aschenputtel untuk diantar pulang dan ingin mengenal dia lebih jauh lagi. Akan tetapi Aschenputtel meminta maaf tidak memberitahukannya kepada sang pangeran dengan beralasan ia sudah terbiasa pulang sendirian. Tetapi malam sudah larut dan pangeran tidak melihat adanya kereta kuda di luar sana yang dapat mengantar Aschenputtel. Tak ada alasan lagi Aschenputtel pun pergi berlari dengan terburu-buru untuk pulang ke rumahnya, akan tetapi sepatu sebelah kirinya yang terbuat dari emas tertinggal. Sang pangeran pun mengejar Aschenputtel dan diberhentikannya dengan menemukan sepatu emas nan indah harinya, sang pangeran memberikan pengumuman barangsiapa yang dapat mengenakan sepatu emas tersebut dengan pas dan cocok, maka dia akan dijadikan pengantin sang pangeran, dan menjadi ratu di kemudian hari. Tentu saja pengumuman itu membuat seisi desa terkejut, tidak terkecuali Aschenputtel. Keterkejutan itu secara spontan berubah menjadi rasa antusias bagi si ibu dan kedua saudari tiri Aschenputtel, maka berlomba-lombalah si sulung dan adiknya meyakinkan sang pangeran bahwa merekalah pemilik sepatu itu. Dari seluruh perempuan di desa tidak ada satu pun yang cocok dan pas mengenakan sepatu emas tersebut, tak terkecuali si anak sulung yang mencobanya akan tetapi sepatu itu tidak muat oleh karena kakinya terlalu besar seperti kaki gajah. “Sudah kau potong saja ibu jari kakimu, kehilangan satu ibu jari apalah artinya bila kau bisa menjadi putri di istana raja!”, perintah ibunya cepat. Tanpa berpikir panjang segera saja si sulung memotong ibu jari kakinya. Walau terasa sangat sakit, hal itu seperti tak dirasakannya, asalkan ia bisa menjadi pengantin sang bangganya ia berjalan menghampiri sang pangeran dan memperlihatkan di hadapannya bahwa memang dialah pemilik sepatu itu. Disaat sang pangeran hampir mempercayainya, seekor burung merpati terbang rendah di atas kepalanya dan berkata, “ Dia bohong, dia bukanlah pengantinmu, dia telah memotong ibu jarinya agar pas dengan sepatu itu.” Maka sang pangeran segera mencopot sepatu tersebut. Ia pun mencari-cari kembali seisi rumah tersebut dan menemukan Aschenputtel sedang membersihkan lantai dari sisa abu perapian. Ibu tiri mencegah sang pangeran dan memberitahu bahwa Aschenputtel tak pantas bertemu dengan sang pangeran karena kekotorannya dan bau. Akan tetapi sang pangeran memaksa untuk bertemu dan berbicara dengan pun tertunduk karena ia malu dan takut menatap mata sang pangeran. Ia tetap saja membersihkan lantai ketika sang pangeran berjalan menghampirinya, peluh jatuh dimana-mana, pikirannya jauh melayang, menerka-nerka apa kiranya yang akan dikatakan sang pangeran. Ketika sang pangeran berdiri tepat di hadapannya baru ia menghentikan kerjanya. Sang pangeran memohon kepada Aschenputtel untuk mengenakan sepatu emas tersebut, akan tetapi Aschenputtel meminta maaf dan menolak dengan halus karena ia merasa tak pantas mengenakan sepatu yang begitu indah tersebut. Sang pangeran pun melihat tatapan Aschenputtel dan mengingatkan kembali sorot mata yang indah namun memendam kesedihan teramat dalam, mengundangnya untuk memberikan secercah kebahagiaan. Sang pangeran pun membantu Aschenputtel untuk mengenakan sepatu emas itu. Ternyata sepatu emas itu pas dan serasi dengan kakinya yang indah. Sang pangeran pun terkejut dan bahagia karena telah menemukan pengantinnya yang ia cari-cari. Aschenputtel pun juga bahagia, tak terasa air mata meleleh di kelopak mata mereka berdua yang saling dan sang pangeran akhirnya menikah dengan perayaan secara kerajaan lengkap. Di hari yang berbahagia itu, ibu dan saudari tirinya yang kejam datang ke pesta pernikahan itu, sambil mencoba memenangkan hati sang pangeran dan berharap sedikit kemuliaan dari kerajaan tapi alih-alih mereka mendapat balasan yang setimpal, badan terluka dan gaun-gaun terkoyak karena serangan sekelompok burung merpati, sahabat Aschenputtel, yang tak sudi melihat mereka menganggu jalannya pesta. Hidup mereka berakhir dalam kesengsaraan sedangkan Aschenputtel dan sang pangeran pun hidup bahagia kedua cerita tersebut, dapat ditemukan banyaknya persamaan. Tokoh utama yaitu seorang gadis yang sama-sama memiliki saudari tiri dan ibu tiri, dan sama-sama memiliki kehidupan yang mengenaskan karena harus dibudaki oleh saudari tirinya dan ibu tirinya sendiri. Terdapat pula tokoh hewan ajaib yang membantu kedua gadis tersebut dalam hidupnya dan sama-sama menjadi permaisuri atau pengantin seorang pangeran. Kedua cerita tersebut sama-sama memiliki akhir yang bahagia yaitu menikah dengan sang pangeran dan tinggal di istana, sedangkan saudari dan ibu tirinya harus berakhir dengan kesengsaraan. Pesan moral yang dapat dipetik dari dua cerita tersebut adalah janganlah hendaknya kita hidup di dunia ini dengan penuh nafsu duniawi dan juga menyiksa seseorang yang tak bersalah kepada kita karena Tuhan melihat dari sana dan akan memberikan hal yang setimpal dengan apa yang kita perbuat. Karma does exist. Lihat Pendidikan Selengkapnya Ilustrasi Cerita Dongeng Pendek. Foto PIxabayCerita dongeng pendek telah lama dianggap sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mengajarkan banyak hal kepada anak. Apa saja sih banyak hal yang dimaksud? Di antaranya mulai dari mengajarkan cara berkomunikasi, menanamkan rasa cinta terhadap kegiatan membaca, bahkan bisa pula menjadi sarana untuk membangun kedekatan di antara orang tua dan anak, khususnya para mama dan anaknya. Bukan hanya itu, cerita anak juga bisa lho digunakan untuk mengatasi anak-anak yang mengalami kesulitan untuk ini, Mama akan merekomendasikan salah satu cerita dongeng pendek yang bisa Mama-Mama jadikan sebagai sumber inspirasi untuk mengenalkan dongeng pada anak, yaitu “Bawang Putih dan Bawang Putih”.Siapa sih yang enggak tau dongeng satu ini? Cerita tentang dua orang saudara tiri, yaitu Bawang Putih dan Bawang Merah telah menjadi salah satu bagian dari karya sastra lisan yang paling berumur panjang di Nusantara. Yuk, simak cerita selengkapnya di bawah Dongeng Pendek "Bawang Putih dan Bawang Merah"Alkisah, pada dahulu kala di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang ayah dan anak perempuannya. Anak perempuan itu bernama Bawang Putih. Dia tidak hanya memiliki paras yang cantik, tetapi juga hati dan sikap yang sangat Bawang Putih dalam Cerita Dongeng Pendek. Foto PixabayKehidupan Bawang Putih mulai berubah ketika ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang telah memiliki anak bernama Bawang Merah. Seolah bertolak belakang dengan Bawang Putih, Bawang Merah merupakan anak perempuan yang tidak sopan, gampang marah, dan selalu bersikap jahat kepada Bawang Putih. Begitu pula, sang ibu tiri. Ia selalu bersikap pilih kasih dan lebih menyayangi Bawang begitu, Bawang Putih tidak pernah membenci ibu dan saudara tirinya. Dia selalu bersikap baik dan mematuhi segala perintah suatu hari, Bawang Putih menghadapi masalah besar karena ia menghayutkan salah satu baju milik ibu tirinya ketika mencuci pakaian di pinggir sungai. Bawang Putih menyusuri setiap sisi sungai untuk menemukan keberadaan baju ibu tirinya itu. Bawang Putih takut, jika ia tidak menemukannya, ibu tirinya pasti akan sangat marah. Pencarian tersebut berakhir ketika Bawang Putih menemukan seorang wanita tua yang berhasil menyelamatkan baju itu sehingga tidak hanyut bersama arus sungai. Namun, wanita tua itu memberikan syarat kepada Bawang Putih agar membantu senang hati, Bawang Putih membantu seluruh pekerjaan wanita tua itu. Bawang Putih berterima kasih karena wanita tua telah menyelamatkan baju milik ibu tirinya. Sebelum pulang ke rumah, Bawang Putih ditawari labu oleh wanita tua itu. Bawang Putih diharuskan untuk memilih di antara labu berukuran besar dan labu berukuran kecil. Tidak perlu berpikir lama, Bawang Putih memilih labu berukuran di rumah, alangkah terkejutnya Bawang Putih saat membelah buah labu pemberian wanita tua. Ternyata, buah labu kecil itu berisikan emas dan perhiasan yang berkilau-kilau. Ibu tiri dan Bawang Merah ikut terkejut melihat Bawang Putih bisa mendapatkan labu berisi emas dan perhiasan. Mereka menyuruh Bawang Putih untuk menceritakan cara ia mendapatkan labu ajaib keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang persis sama dengan cerita dari Bawang Putih. Akan tetapi, ketika ditawarkan labu oleh wanita tua itu, Bawang Merah memilih labu berukuran Bawang Merah dalam Cerita Dongeng Pendek. Foto PixabayDi perjalanan pulang, Bawang Merah sangat bahagia. Dia membayangkan bahwa labu berukuran besar itu berisikan emas dan perhiasan yang jauh lebih banyak daripada milik Bawang tiri menyambut dengan tidak kalah bahagia Bawang Merah yang telah sampai di rumah. Mereka berdua sangat bersemangat untuk mebelah buah labu itu. Namun, selanjutnya hal yang tidak terduga terjadi. Bukannya berisi emas dan perhiasan yang lebih banyak, labu berukuran besar yang dipilih oleh Bawang Merah ternyata berisikan ular-ular tiri dan Bawang Merah berteriak ketakutan. Bawang Putih segera membantu mereka mengusir ular-ular berbisa itu. Setelah ular-ular berbisa itu pergi dari rumah mereka, Bawang Putih dengan tulus memberikan emas dan perhiasan yang ia temukan di dalam buah labu kebaikan Bawang Putih serta kejadian buruk yang menimpa mereka, Ibu Tiri dan Bawang Merah meminta maaf kepada Bawang Putih. Keduanya akhirnya menyadari kesalahan mereka dan berjanji tidak akan bersikap jahat lagi kepada Bawang selesai dan berakhir dongeng pendek “Bawang Putih dan Bawang Merah” sangat menarik, bukan? Cerita ini tidak hanya menyenangkan untuk dibaca dan diceritakan kembali kepada anak-anak kita, lho. Makna dalam cerita dongeng “Bawang Putih dan Bawang Merah” ini juga bisa menjadi pembelajaran moral bagi kita semua. Di dalam cerita dongeng ini terkandung pesan moral bahwa kita sebagai manusia tidak boleh bersikap jahat dan bisa menjelaskan pula kepada anak-anak akibat dari sikap yang jahat dan serakah, yaitu cepat atau lambat kita pasti akan mendapatkan balasan yang rekomendasi cerita dongeng pendek dari Mama. Semoga bermanfaat dan menginspirasi Mama-Mama di luar sana. Bagaimana tidak membekas dalam ingatan jika memang pesan moral dalam sebuah dongeng sangat berpengaruh dalam kehidupan nyata. Walaupun terkadang sebuah dongeng terkesan muluk-muluk dalam mendiskripsikan cerita, namun, dongeng sarat akan makna. Ya, memang tidak bisa dipungkiri ada beberapa dongeng yang sudah membuat kita nyaris berharap terjadi juga dalam kehidupan nyata, dongeng Cinderella misalnya. Saya yakin beberapa anak kecil setelah membaca dongeng Cinderella, sedikit banyak mereka berimajinasi ingin hidup seperti Cinderella di masa depan. Menikah dengan pangeran tampan di sebuah kerajaan yang penuh kemewahan. Akan tetapi dongeng hanyalah dongeng, kemungkinan terjadi dalam kehidupan nyata belum bisa dipastikan. Iya, nggak? Nah, berbicara tentang dongeng, saya ingin mengulas sedikit cerita tentang cerita Bawang Merah dan Bawang Putih re-write versi bahasa Indonesia ala Malica ya. Sebuah dongeng yang sangat berkesan dalam kehidupan saya di masa kecil. Tidak cukup sekali saja nenek saya menceritakan kisah mereka, tetapi hampir tiap malam menjelang saya mau tidur sehingga beberapa pesan moral dari dongeng ini sangat saya rasakan. Asyik, ya? Pastinya. Hehehe Apalagi dongeng bawang merah dan bawang putih ini ceritanya cukup sederhana dan banyak hal positif yang bisa dipetik. Hanya saja sisi negatif tentang ibu tiri yang jahat sangat membekas dalam ingatan. Sehingga mendoktrin alam bawah sadar, yang namanya ibu tiri itu semua jahat. Padahal tidak semua ibu tiri kejam, bukan? Hehehe Baiklah kembali lagi pada kisah singkat bawang merah dan bawang putih, ya. Alkisah, di sebuah desa hiduplah sebuah keluarga yang sangat bahagia. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak perempuannya yang sangat cantik, ia bernama bawang putih. Ayah bawang putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun hidup mereka tidak merasa kekurangan. Bahkan mereka rukun dan damai. Akan tetapi semuanya berubah sepeninggal sang ibu bawang putih. Duka yang mendalam sangat dirasakan bawang putih dan ayahnya. Hingga akhirnya, seorang janda di desa tersebut bersimpati kepada mereka. Setiap hari dia datang ke rumah membawa makanan, membantu bawang putih membereskan rumah, dan menemani ayah bawang putih mengobrol. Janda tersebut juga mempunyai putri yang bernama bawang merah. Nah, karena beberapa pertimbangan, akhirnya sang ayah menikah dengan si janda tersebut. Tujuannya adalah memberikan sosok ibu pada anak gadisnya agar mendapatkan kasih sayang seorang ibu kembali. Awalnya kehidupan mereka baik-baik saja layaknya keluarga yang bahagia. Namun, lama-kelamaan wujud asli dari ibu dan saudara tirinya kelihatan. Apalagi ketika Ayah bawang putih pergi berdagang. Semua pekerjaan rumah harus dibereskan oleh bawang putih. Sedangkan sang ibu dan kakak tirinya duduk manis bersenang-senang. Sayangnya kelakuan buruk tersebut tidak pernah diketahui sang ayah, dan bawang putih juga enggan menceritakannya. Sumber gambar Hingga suatu hari ayah bawang putih sakit keras dan meninggal dunia. Sejak saat itu ibu dan kakak tirinya semakin berkuasa. Mereka tidak punya hati dan rasa kasihan sedikitpun. Bawang putih jadi semakin tertindas. Semua pekerjaan rumah bawang putih semua yang membereskan. Hebatnya, bawang putih tidak pernah mengeluh. Dia tetap gembira dan bersabar dengan harapan suatu saat nanti ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. Namun sayang sungguh sayang, sepertinya harapan bawang putih tidak akan terkabul. Pagi ini, sang ibu menyuruh bawang putih mencuci pakaian di sungai. Untuk menuju ke sungai, bawang putih yang malang harus melewati hutan. Berjalan setapak demi setapak dengan penuh riang, tak sedikitpun merasa marah atau kesal dengan perintah ibunya. Saking asyiknya menikmati pemandangan sekitar, dia tidak sadar salah satu baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Dan ketika menyadari hal itu, bawang putih pun mencari baju tersebut tanpa berhenti. Tetapi tetap saja dia tidak bisa menemukannya. Sepertinya baju tersebut sudah terlalu jauh dibawa arus sungai. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakan kecerobohannya tadi pada sang ibu tiri. Kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ibu tiri murka. Dia menyuruh bawang putih mencari baju tersebut sampai ketemu. Bawang putih tidak diizinkan pulang jika baju tersebut belum ditemukan. Karena merasa bersalah, bawang putih menuruti saja apa yang diperintahkan ibu tirinya. Sementara matahari sudah hampir tenggelam tapi bawang putih tidak melihat baju berwarna merah di mana pun. Sampai di perjalanan, dia bertemu dengan penggembala kerbau, tanpa pikir panjang bawang putih bertanya padanya. “Wahai, paman, apakah kau melihat baju warna merah yang hanyut di sungai ini?” “Iya, Nak. Tadi aku melihatnya. Kalau kau lebih cepat mengejarnya, mungkin saja kau bisa menemukannya,” ujar paman. Mendengar ucapan paman tadi, bawang putih bergegas mempercepat langkahnya menelusuri sungai tersebut. Tetapi bawang putih tak kunjung menemukannya juga sedangkan hari sudah mulai gelap. Baca juga Dongeng Bahasa Sunda Bawang Merah dan Bawang Putih Dengan rasa putus asa, bawang putih tetap saja berjalan mencari baju tersebut. Sampai akhirnya dia melihat sebuah gubuk di tepi sungai. Dalam hati dia merasa sudah sangat lelah dan ingin beristirahat. Tak lama kemudian, bawang putih berjalan menghampiri gubug tersebut dan mengetuknya. Kalian tahu siapa yang ada di dalam gubuk tua itu? Seorang perempuan tua. Bawang putih pun segera meminta izin agar dia bisa menginap di sana. Tak disangka, ternyata perempuan tua itu yang menemukan baju berwarna merah milik ibu tiri bawang putih. Singkat cerita, bawang putih kembali pulang dengan membawa baju merah milik ibu tirinya dan labu kuning pemberian perempuan tua tersebut. Sesampai di rumah, alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu kuning itu terbelah. Ternyata didalamnya berisi emas permata yang sangat banyak. Melihat hal tersebut, Ibu dan kakak tirinya terkejut. Mereka pun berniat melakukan hal yang sama yaitu singgah di rumah perempuan tua agar bisa mendapatkan emas berlimpah seperti bawang putih. Namun, bukan emas permata yang ada didalam labu kuning melainkan binatang-binatang buas seperti kalajengking, ular dan lain-lain. Dan binatang-binatang tersebut menyerang bawang merah dan ibu tirinya sampai tewas. Sumber gambar AMANAT CERITA BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH Demikianlah sepenggal cerita dongeng tentang “Bawang merah dan bawang putih” dan ada beberapa amanat cerita yang bisa kita dapat. Diantaranya Dilihat dari sudut pandang bawang merah dan ibu tirinya sebaiknya jangan menilai orang dari rupanya, terkadang penampilan seseorang tidak menunjukkan kebaikan. Dilihat dari sudut pandang bawang putih, walaupun hidup dengan ibu dan kakak tiri yang jahat dan serakah, bawang putih tetap berusaha menghadapinya dengan senang hati. Bawang putih juga tidak pernah berputus asa untuk terus melakukan kebaikan. Dongeng ini juga mengajarkan bahwa tak seharusnya kejahatan dibalas dengan kejahatan. Namun sebaliknya, biarkan nasib yang akan membalas kejahatan pada seseorang yang telah berbuat jahat pada kita Pesan moral lainnya yang bisa diambil dari dongeng ini adalah orang yang tabah, sabar dan jujur seperti bawang putih akan mendapatkan ganjaran dari Tuhan yang berlipat ganda.

komentar cerita bawang merah dan bawang putih